Static routing

IP routing selalu diterapkan (enable) untuk Cisco Router. Untuk menerapkan IP ke suatu
interface, ketik perintah berikut dari configuration interface mode:
Router(config-if)#IP address
Sedangkan IP routing statis dapat diubah dengan perintah :
Router(config)#ip route

Dimana :
Network destination ID adalah alamat jaringan yang dituju. Subnet mask adalah subnet
mask jaringan yang dituju.
Default gateway adalah IP address dari gateway, biasanya IP address router yang berhubugan
langsung.
Untuk lebih jelasnya, sebagai contoh kita akan menggunakan skenario atau topologi
jaringan seperti pada gambar 2.4 yang dibuat selama percobaan. dengan 3 buah host dengan
konfigurasi sebagai berikut:
h/w     interface  symbol     ip address       network              netmask
host 1   NIC       host1    192.168.5.2    192.168.5.0     255.255.255.0
host 2   NIC       host2    192.168.1.2    192.168.1.0     255.255.255.0
host 3   NIC       host3    192.168.6.2    192.168.6.0     255.255.255.0
maka tabel routingnya adalah sebagai berikut:
• Pada interface router1:
Terdapat beberapa kombinasi untuk membuat static routing di router1 pada skenario ini, diantaranya:
Kombinasi 1:
Router1(config-if)#ip route 192.168.5.0 255.255.255.0 192.168.2.2
Router1(config-if)#ip route 192.168.4.0 255.255.255.0 192.168.2.2
Router1(config-if)#ip route 192.168.6.0 255.255.255.0 192.168.2.2
Kombinasi 2:
Router1(config-if)#ip route 192.168.5.0 255.255.255.0 192.168.2.2
Router1(config-if)#ip route 192.168.6.0 255.255.255.0 192.168.3.2
Kombinasi 3, dst.
Pada konfigurasi diatas terlihat bahwa kombinasi 2 mempunyai jarak terpendek, sehingga ip route yang digunakan adalah ip route kombinasi 2.
Untuk memeriksa apakah konfigurasi routing berhasil, ketik perintah berikut :
Router1#show ip route
Ketika perintah ini dijalankan maka akan tampil semua daftar ip route yang ada pada router. Biasanya terdapat kode S yang berarti menandakan hubungan secara statis (statically connected) dan C menandakan hubungan secara langsung (directly connected)
• Pada interface router2:
Pada router2 ini terdapat beberapa kombinasi juga untuk membuat static routing.
Kombinasi yang paling cepat dan mempunyai jarak terpendek adalah sebagai berikut:
Router2(config-if)#ip route 192.168.5.0 255.255.255.0 192.168.2.1
Router2(config-if)#ip route 192.168.6.1 255.255.255.0 192.168.4.2
Pada interface router3:
Seperti pada router-router sebelumnya, bahwa terdapat beberapa kombinasi untuk membuat jalur yang akan digunakan untuk membuat static route nantinya. Jalur terpendek dan tercepat adalah menghubungkan alamat jaringan / net ID Fastethernet0 router3 dengan net ID Fastethernet0 router1 melalui gateway interface Serial0/1 pada Router1 dan menghubungkan dengan net ID Fastethernet0 Router2 melalui gateway interface Serial0/1 pada Router2. Perintahnya adalah seperti dibawah ini:
Router3(config-if)#ip route 192.168.1.0 255.255.255.0 192.168.3.1
Router3(config-if)#ip route 192.168.5.0 255.255.255.0 192.168.4.1
Sebagai tambahan dapat juga dimasukkan nilai administrative distance, yaitu suatu ukuran untuk menilai kegunaan alamat pengirim (source address) diukur dari 0 sampai dengan 255, dimana 0 adalah ukuran tertinggi yang digunakan untuk hubungan langsung (directly connected route). Router juga menggunakan administrative distance dalam memilih route dari tabel routing. Route dengan administrative distance yang lebih kecil akan dipilih terlebih dahulu. Sebagai tambahan jika ingin menggunakan atau mengkonfigurasikan dua serial interface yang berhubungan, kedua interface tersebut harus menggunakan protocol encapsulation yang sama. Jika protokol tidak sama, hubungan tidak akan dapat terjadi, yang ditandai dengan penampilan ?line protocol down? jika mengetikkan perintah show interface serial0/0. Routing static ini memiliki kelemahan, yaitu jika salah satu jalur routingnya terputus maka router tidak bisa mencari alternatif jalan baru untuk meneruskan paket data yang dikirim untuk mengatasi hal ini, maka digunakan Dynamic Routing.

0 komentar:

Posting Komentar